Selasa, 02 September 2014


CARA MEMBUAT BIOETHANOL DARI SINGKONG
            Negara-negara maju telah mengembangkan energi alternatif yang dapat menggantikan peranan minyak bumi dan sumber bahan alam (terutama galian) yang berfungsi sebagai bahan bakar. Cadangan minyak bumi yang semakin menipis karena peningkatan kebutuhan serta jumlah penduduk dunia yang bombastis (China saja jumlah penduduknya sudah 1 milyar…) adalah faktor pendorong giatnya ilmuwan dalam mencari sumber energi baru yang dapat diperbaharui, murah dan aman bagi lingkungan (terutama yang berasal dari nabati).
           Beberapa bahan bakar alternatif yang popular adalah biodiesel, biogas, biofuel, hydrogen dan energi nuklir. Biofuel adalah salah satu turunan dari biomassa. Biofuel merupakan bahan bakar yang berasal dari tumbuhan atau hewan, biasanya dari pertanian, sisa padatan juga hasil hutan.
            Coba kita lihat biofuel, khususnya etanol. Melalui proses sakarifikasi (pemecahan gula komplek menjadi gula sederhana), fermentasi, dan distilasi, tanaman-tanaman seperti Jagung, Tebu dan Singkong dapat dikonversi menjadi bahan bakar.
           Kebetulan beberapa waktu yang lalu menemukan cara pembuatan etanol dari singkong yang diterapkan oleh Bapak Tatang H Soerawidjaja. Pengolahan berikut ini berkapasitas 10 liter per hari :
1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapal dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil.
2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku
3.Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless si eel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100″C selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan mengental.
4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam langki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong. perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebclum digunakan, Aspergilhis dikuhurkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati
5.Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17—18%. Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces unluk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika kadar gula lebth tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula maksimum.
6 Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28—32″C dan pH 4,5—5,5.
7. Setelah 2—3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6—12% etanol
8.Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
9. Meski telah disaring, etanol masih bercampurair. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78″C atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik didih 100°C. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
10 Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larul, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100″C. Pada suhu ilu, etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dieampur denganbensin. Sepuluh liter etanol 99%, membutuhkan 120— 130 liter bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek

Singkong, Bahan Baku Bahan Bakar Nabati Terbaik

             Begitu banyaknya artikel dan tulisan yang membahas bahwa Bahan Bakar Minyak (BBM) dari fosil tidak akan dapat bertahan lama, sehingga Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai sumber energi terbarukan perlu segera diimplementasikan.
             Sudah cukup banyak seminar, workshop dan berbagai forum yang telah menyatakan bahwa bahan bakar fosil merupakan sumberdaya yang tidak terbaharukan dan suatu saat pasti habis. Tak kalah juga dengan berbagai tulisan yang membahas perlunya segera di mulai mengembangkan alternatif sumber energi baru yang terbaharukan, ramah lingkungan, dan relatif mudah untuk dibuat.
            Nah, singkong yang merupakan tanaman masyarakat yang secara turun temurun merupakan potensi terbesar sebagai bahan baku ethanol dan merupakan prospek terbesar menuju Indonesia sebagai “Raja Bahan Bakar Nabati”. Hal ini dimungkinkan karena singkong merupakan merupakan tanaman penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain perharinya, yaitu sebesar 250 x 10³ kal/ha/hari dan merupakan potensi terbaik untuk menghasilkan ethanol, karena dengan budidaya yang sesuai dengan mekanisme pertanian dapat menghasilkan 100 ton singkong lebih per ha dengan rendemen minimal 25 akan menghasilkan sekitar 25 kilo liter ethanol per ha perkebunan.
             Disamping itu singkong menghasilkan sekitar 38 produk turunannya, yang bila diolah sesuai mekanisme pertanian dan dikelola dengan baik, maka produksi singkong meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan ketahanan pangan nasional dan menciptakan lapangan kerja (mengatasi pengangguran) serta menumbuh kembangkan perekonomian rakyat dan dapat mengurangi urbanisasi.
             Berdasarkan tulisan ringkas di atas, maka budidaya singkong akan memberikan manfaat bagi negara Indonesia yang berpotensi sebagai “Raja Bahan Bakar Nabati (BBN) di dunia”. Hal ini dimungkinkan karena luasnya wilayah Indonesia yang dapat ditanami dengan singkong, namun sampai saat ini belum ada perhatian pemerintah secara nyata untuk implementasinya, yang ada hanya sebatas teori dan berakhir di ruangan worshop atau seminar atau di media cetak dan elektronik.
              Kami dari perusahaan swasta nasional yang dikelola anak negeri saat ini sedang mengembangkan budidaya singkong di Lampung dan dapat menghasilkan produk singkong lebih dari 100 ton/ ha dengan rendemen minimal 25, sehingga dapat menghasilkan sekitar 25 kilo liter ethanol per ha dan bila 200 ton ampas dari produk tapioka dijadikan biogas akan menghasilkan sekitar 3 MW tenaga listrik. Demikian dahsyatnya energi yang dapat dihasilkan singkong, namun untuk pengembangan berikutnya belum ada bantuan dari pemerintah ataupun kemudahan mendapatkan kredit dari bank.
Disamping itu, bila budidaya singkong dapat dilaksanakan, akan memberikan keuntungan dan manfaat, antara lain sebagai berikut:
1. Keuntungan bagi masyarakat, antara lain:
    a. Mendapat wawasan/ pengetahuan tentang budidaya singkong dengan masa                   tanam sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan industri;
    b. Mengetahui dan memahami bahwa tanaman singkong adalah sumber                             penghidupan yang sangat diperlukan dunia internasional;
    c. Meningkatkan kesejahteraan keluarga;
    d. Limbah produksi berbasis bahan baku singkong dapat diolah menjadi makanan                 ternak, baik untuk penggemukan ataupun produksi susu.
2. Keuntungan pemerintah, antara lain:
    a. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD):
    b. Mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan         pangan nasional berbasis ekonomi rakyat;
    c. Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat serta dapat         mengurangi urbanisasi;
    d. Mencerdaskan masyarakat melalui alih teknologi pertanian;
    e. Menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi berbasis kerakyatan;
    f. Meningkatkan minat masyarakat untuk menanam singkong sebagai komoditas                  internasional yang sangat menguntungkan;
    g. Diversifikasi tanaman pangan dari produk singkong;
    h. Meningkatkan ekspor daerah;
     i. Meningkatkan devisa;
     j. Membantu pencegahan erosi.